Transportasi
( 1383 )Perdagangan Ritel Selama Lebaran Tetap Meningkat
Perayaan Idul Fitri turut berkontribusi terhadap penjualan ritel. Hal ini disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja. Dia mengatakan, rata-rata tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada saat Ramadan dan Idul Fitri serta liburan Idul Fitru sampai saat ini tetap meningkat dibandingkan dengan tahun lalu meskipun tidak signifikan. "Pertumbuhan tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan sampai dengan akhir liburan Idul Fitri nanti diperkirakan rata-rata hanya sekitar 10% saja," jelas Alphonzus. Dia memperkirakan, penjualan ritel pada Ramadham dan idul Fitru tahun ini akan tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun 2024.
"Namun tingkat pertumbuhannya tidak akan signifikan, diprediksi hanya single digit saja," ucap Alphonzus. Di tengah kondisi masih melemahnya daya beli masyarakat khususnya kelas menengah bawah, masyarakat masih tetap berkunjung ke Puat Perbelanjaan dan berbelanja. Dia melihat terjadinya perubahan pola maupun tren belanjanya. Masyarajat kelas menengah bawah cenderung membeli barang maupun produk yang harga satuannya (unit price) rendah/kecil. Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin melihat terjadinya tren shifting belanja pada industri ritel di momen lebaran ini. "Terjadi shiting, orang membeli barang yang berarti lebih terjangkau. Mungkin volume itu naik, tapi reveneu-nya semakin kecil," kata dia (Yetede)
Strategi Ampuh Hadapi Gelombang Tarif Balasan AS
Sepinya jasa Perdagangan Antarpulau
Anak buah kapal terlihat dengan latar belakang dermaga pelayaran rakyat yang masih sepi tanpa aktivitas sama sekali di Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (4/4/2025). Aktivitas perdagangan barang dan jasa skala regional dan nasional hampir semua belum kembali pulih karena masa libur lebaran yang panjang sampai hari Minggu (6/4). Diperkirakan aktifitas berangsur pulih seiring dimulainya hari kerja pada Hari Senin (7/4) dan kembali normal seperti biasa seminggu kemudian. (Yoga)
Bahkan Pulau Penguin Pun Terkena Tarif Trump
Trump mengenakan tarif impor atas
Pulau Heard dan Pulau Mc Donald yang tidak berpenghuni dan nyaris tak dikenal. Pulau
tak jauh dari Antartika di lingkar Kutub Selatan itu hanya dihuni penguin,
singa laut, dan burung liar. Pulau-pulau itu dikenai tarif impor 10 % oleh
Trump. Merujuk laporan The Guardian, wilayah tersebut memiliki potensi perikanan.
Namun, di pulau itu tidak ada aktivitas apa pun terkait industri perikanan. Tidak
ada bangunan atau tempat tinggal manusia di pulau yang ditetapkan menjadi suaka
bagi penguin itu. Meskipun demikian, merujuk data ekspor Bank Dunia, The
Guardian melaporkan, pada 2022, AS mengimpor produk senilai 1,4 juta USD dari
Pulau Heard dan Pulau McDonald. The Guardian juga menyebutkan, ada angka impor
dari pulau itu selama beberapa tahun sebelumnya, antara 15.000 USD dan 325.000 USD.
Produk yang diimpor dari pulau penguin itu mencakup mesin dan produk
elektrifikasi.
Wilayah terpencil lain yang
dihantam tarif oleh Trump adalah Pulau Norfolk, di bawah kontrol Australia,
yang dikenai tarif impor 29 %. Pulau Norfolk terletak di antara Kaledonia Baru
dan Pulau Utara, Selandia Baru, 1.600 kilometer timur laut kota Sydney,
Australia. Warga Norfolk adalah keturunan para pelaut yang memberontak di kapal
HMS Bounty tahun 1789. Mereka hidup dari industri pariwisata. Berbagai kapal
pesiar singgah ke pulau tanpa landasan pesawat udara itu. Kamar Dagang Norfolk
mengatakan, mereka berada di peringkat ke-223 dunia dalam ekspor pada 2019.
Nilai ekspor mereka sebesar 2,7 juta USD berupa penganan berbasis kedelai dan
aneka bibit tanaman. Richard Cottle, pemilik pabrik pembuatan beton di Pulau Norfolk,
heran dengan tarif Trump. ”Kemungkinan besar ada kesalahan. Norfolk hanyalah
titik merah kecil di dunia ini. Kami bukan negara eksportir,” katanya. (Yoga)
Pariwisata Manado Didorong Penerbangan Internasional
Kedatangan wisatawan mancanegara
(wisman) ke Manado, Sulut, didorong bertambahnya penerbangan internasional
secara langsung. Namun, pada saat bersamaan, pemerintah harus mengkaji
perbedaan pelaku perjalanan yang dating sebagai pekerja asing, alih-alih hanya
sebagai wisatawan. Menurut BPS Provinsi Sulut, kedatangan wisman didominasi turis
China. Hingga awal 2025, tingkat kedatangan turis secara umum berkisar 3.000
hingga 5.000 kunjungan per bulan, sebagian besar merupakan turis asal China
yang mencapai 78 persen dari total kunjungan. Pada Senin (31/3) 137 turis asal
Nanjing, China, mendarat di Bandara Sam Ratulangi, Manado. Mereka berangkat
dari Nanjing menggunakan pesawat terbang Trans Nusa, sekaligus menandai penerbangan
langsung pertama maskapai penerbangan itu.
Menurut Kepala Kantor Otoritas Bandara
Wilayah VIII, Ambar Suyoko, kedatangan mereka menggunakan pesawat Indonesia
turut menjadi upaya untuk mempromosikan Manado. Daerah tersebut unggul dengan
potensi wisata alam, budaya, dan kuliner. ”Penerbangan langsung ini menjadi
simbol kebangkitan pariwisata Indonesia, khususnya bagi Manado, yang kini semakin
dikenal sebagai tujuan wisata kelas dunia,” kata Ambar, Kamis (3/4). Seiring
meningkatnya minat wisatawan asing, konektivitas internasional ke Manado melalui
Bandara Sam Ratulangi terus diperluas. Selain langsung dari China, wisatawan
juga dapat menjangkau Manado lewat Singapura dengan maskapai Scoot. Ada pula
dukungan maskapai Air Asia yang mengakomodasi penerbangan dari Kinabalu,
Malaysia. (Yoga)
Susahnya Mencari Penjual Makanan Saat Musim Liburan
Bagus Gigih (30) memulai sifnya
Rabu (2/4) pagi sebagai tenaga pengamanan bank di kawasan Thamrin, Jakpus,
dengan perut keroncongan. Ia baru sampai dari kampung halamannya, Tegal, Jateng.
Syukurlah ada lapak gado-gado milik Isa (54), hanya beberapa langkah dari
kantor. Bagus pernah merasakan sulitnya mencari penjual makanan saat libur
Lebaran, waktu bertugas di luar Jakarta, tidak mudah menemukan penjual makanan
saat libur seperti sekarang. Mayoritas pedagang masih mudik sehingga dirinya
mesti berburu hingga ke ujung jalan. Isa selalu berjualan makanan setiap libur
Lebaran dari pagi hingga malam di kawasan Thamrin. Ia menjadi tumpuan harapan
puluhan warga mulai dari penghuni kos, pekerja, hingga pelintas yang berburu
makanan sejak pagi. Namun, warga harus siap merogoh kocek lebih dalam. Sebab,
harga sepiring gado-gado dinaikkan karena bahan baku lebih mahal di masa
Lebaran.
Sepiring gado-gado yang pada hari
biasa dijual Rp 18.000 per porsi, saat Lebaran harus ditebus Rp 20.000 per
porsi. Lain lagi, Miftahudin (23) pekerja jasa pembersih rumah di Serpong,
Tangsel, Banten, harus berkeliling ke berbagai ujung jalan hingga 1 jam demi menemukan
warung makan yang buka. Padahal, perutnya sudah kosong sejak bangun pagi karena
belum sempat sarapan akibat menerima orderan di pagi hari. Ditengah masih
sepinya aktivitas usaha makanan pada libur Lebaran, berkah justru datang bagi
mereka yang memilih tetap berjualan. Rindu yang tertahan karena tak pulang
terbayarkan dengan rezeki dari dagangan. Keberadaan para pedagang makanan saat
libur Lebaran bagaikan ”pemadam kelaparan”. Mereka tak sekadar mencari rezeki
di tengah peluang minimnya pedagang, tetapi juga penolong agar perut warga tak
lagi keroncongan. (Yoga)
Kredit UMKM Melambat
Penyaluran kredit ke sektor UMKM
tumbuh melambat dalam beberapa tahun terakhir, tak lepas dari daya beli
rata-rata masyarakat yang lemah. Dengan momentum Lebaran yang cenderung kurang
menggeliat, perlambatan kredit UMKM diperkirakan masih akan berlanjut. Kepala
Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, Rabu (2/4)
mengatakan, penurunan daya beli masyarakat benar-benar terjadi dan dirasakan oleh
semua sektor, terutama UMKM. Alhasil, penyaluran kredit ke sektor UMKM pun melambat.
”Penurunan daya beli juga dapat terlihat dari jumlah penduduk yang melakukan
kegiatan mudik Lebaran tahun ini. Jumlah pemudik turun dan tingkat hunian hotel
saat libur panjang juga menurun. Sepertinya, (kredit UMKM) masih akan mengalami
perlambatan,” katanya.
Survei Potensi Pergerakan
Nasional oleh Kemenhub menunjukkan, jumlah pemudik pada Lebaran 2025 sebanyak
146,48 juta orang atau 52 % dari total penduduk Indonesia. Perkiraan ini turun
24 % disbanding proyeksi 193,6 juta pemudik yang melakukan perjalanan pada
Lebaran 2024. Dengan demikian,turunnya daya beli masyarakat berpotensi semakin
besar dan dapat terjadi dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengambil
tindakan agar kondisitersebut tidak bertambah parah. Salah satunya dengan
mengevaluasi kebijakan pemotongan anggaran. ”Perlu evaluasi kebijakan efisiensi
dan alokasi anggaran dengan memprioritaskan program-program yang dapat
meningkatkan daya beli masyarakat,” ujarnya. (Yoga)
Lesunya BISNIS MUSIM LEBARAN
Turunnya jumlah orang yang
melakukan perjalanan di musim libur Lebaran 2025 berimplikasi langsung pada
sektor riil, mulai bisnis perhotelan hingga rental mobil. Tingkat hunian hotel
secara nasional pada Lebaran 2025 lebih rendah ketimbang periode sama tahun
sebelumnya. Rendahnya daya beli masyarakat serta pergeseran tren preferensi
akomodasi dan penginapan ditengarai jadi sebabnya. Dua hari menjelang Lebaran,
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan, geliat berlibur masyarakat
pada Lebaran 2025 lebih lesu. Durasi menginap lebih singkat, tecermin dari
tingkat hunian atau okupansi hotel.
”Trennya, yang terjadi dari sisi
libur Lebaran ini, kelihatannya peak (puncak) itu rata-rata hanya sampai Lebaran
hari ketiga. Setelah itu, langsung turun okupansinya (hotel),” ujar Ketua Umum
PHRI Hariyadi Sukamdani, Sabtu (29/3).Saat musim puncak, durasi menginap pelaku
perjalanan bergantung daya beli. Ketika memiliki cukup uang, mereka akan
tinggal lebih lama. Demikian pula sebaliknya. ”Kalau liburan, apalagi dengan
keluarga, bawa anak, lumayan banyak pengeluarannya. Kalau enggak punya uang
cukup, pasti akan memperpendek (masa berlibur),” katanya.
Dalam rentang Senin hingga Kamis
(31/3-3/4), tingkat hunian hotel masih berkisar 70-80 %, selanjutnya, menurun
perlahan. Hanya Yogyakarta, tingkat hunian hotelnya bertahan lebih lama, hingga
Minggu (6/4), khususnya hotel-hotel di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Turunnya
permintaan juga dialami bisnis rental atau persewaan mobil pada masa libur
Lebaran 2025. Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Rental
Mobil Daerah Indonesia, Erwin Suryana, berkata, lesunya sektor pariwisata dan
berkurangnya minat warga untuk mudik memengaruhi bisnis rental mobil.
Bahkan, pada H+2, H+3, diperkirakan
kondisi rental mobil masih lesu. Daya beli masyarakat dan lesunya ekonomi
menjadi faktor rendahnya minat warga mengeluarkan uang di masa liburan.
”Situasi daya beli dan kelesuan ekonomi saat ini hingga setelah Lebaran belum
terlihat ada tren positif, sejalan dengan tren wisata terhadap tingkat hunian
hotel dan penyewaan mobil. Kelesuan ekonomi yang menjadi inti pokoknya,” ujarnya.
Menurut Erwin, omzet sewa mobil turun berkisar 40-50 %. Penurunan omzet tahun
ini paling parah dan tidak pernah dialami sebelumnya oleh pelaku usaha di masa
liburan. (Yoga)
Berlibur Cukup dengan Seratus Ribu
Dari penurunan daya beli masyarakat hingga menyusutnya
jumlah pemudik mewarnai arus mudik Lebaran 2025. Wisata terjangkau dalam kota menjadi
pilihan pertama dan satu-satunya bagi warga yang tidak pulang kampong, sebagai
obat melawan penat untuk menghabiskan libur hampir sepekan. Kuncinya adalah
memilih destinasi dan strategi yang tepat. Selembar uang seratus ribu rupiah
bahkan bisa membawa rombongan keluarga berekreasi di Jakarta. Eri (38) warga
Pejaten, Jaksel, pada Selasa (1/4) menyiapkan dana Rp 200.000 untuk berwisata
bersama istri dan anak semata wayangnya yang masih berusia 16 bulan ke kawasan
Kota Tua dan Kebun Binatang Ragunan.
Sebagai pekerja swasta dengan status kontrak harian, dia tak
bisa liburan bermewah-mewah. Kedua destinasi itu dipilih karena bisa diakses menggunakan
transportasi publik, seperti bus Transjakarta. Tempat rekreasi lain yang
menjadi primadona murah meriah di Jakarta pada masa libur Lebaran adalah
kawasan Monas. Lokasinya yang berada di pusat kota memudahkan akses transportasi
umum. Pasangan suami-istri Beng (40) dan Nana (40) berekreasi ke Monas menggunakan
transportasi umum bersama kedua anaknya yang berusia 13 tahun dan 5 tahun dari Cibinong,
Kabupaten Bogor, Jabar.
Sekali jalan untuk satu orang dari Cibinong ke Monas hanya
membutuhkan biaya Rp 8.500 untuk membayar ongkos naik kereta rel listrik (KRL) Cibinong-Juanda
Rp 5.000 dan Rp 3.500 untuk bus Transjakarta Juanda–Monas. Pergi-pulang, total
sekeluarga beranggotakan empat orang membutuhkan dana Rp 68.000. Tiket masuk
kawasan Monas tidak dipungut biaya. Namun, jika ingin lanjut masuk ke puncak
Monas, harga tiket untuk orang dewasa dipatok Rp 24.000, sedangkan untuk anak-anak
Rp 6.000. ”Daripada mudik ke Yogyakarta. Harga tiket bus ke Yogyakarta satu
kursi Rp 650.000 sekali jalan,” katanya. Tempat populer lain yang banyak
didatangi warga Jabodetabek pada hari kedua Lebaran 2025 adalah kawasan
Bundaran HI, terutama di area anjungan (skydeck).
Taufan (37) dan Desi (37), warga Cilegon, Banten, memilih
berfoto bersama kedua anak mereka di anjungan ini sebagai bagian dari rencana
perjalanan pertama selama berlibur dua hari semalam di Jakarta. ”Ketika
Lebaran, Jakarta sepi. Jadi, kami ingin menikmati fasilitas-fasilitas umum
Jakarta yang bagus ketika sepi seperti ini. Bagus, bisa lihat gedung-gedung
tinggi,” kata Taufan. Cukup dengan selembar uang seratus ribu, masyarakat dapat
berkeliling Jakarta. Kalau tak punya, coba saja pakai jurus andalan ”Pinjam
dulu seratus”. (Yoga)
Berlibur Cukup dengan Seratus Ribu
Dari penurunan daya beli masyarakat hingga menyusutnya
jumlah pemudik mewarnai arus mudik Lebaran 2025. Wisata terjangkau dalam kota menjadi
pilihan pertama dan satu-satunya bagi warga yang tidak pulang kampong, sebagai
obat melawan penat untuk menghabiskan libur hampir sepekan. Kuncinya adalah
memilih destinasi dan strategi yang tepat. Selembar uang seratus ribu rupiah
bahkan bisa membawa rombongan keluarga berekreasi di Jakarta. Eri (38) warga
Pejaten, Jaksel, pada Selasa (1/4) menyiapkan dana Rp 200.000 untuk berwisata
bersama istri dan anak semata wayangnya yang masih berusia 16 bulan ke kawasan
Kota Tua dan Kebun Binatang Ragunan.
Sebagai pekerja swasta dengan status kontrak harian, dia tak
bisa liburan bermewah-mewah. Kedua destinasi itu dipilih karena bisa diakses menggunakan
transportasi publik, seperti bus Transjakarta. Tempat rekreasi lain yang
menjadi primadona murah meriah di Jakarta pada masa libur Lebaran adalah
kawasan Monas. Lokasinya yang berada di pusat kota memudahkan akses transportasi
umum. Pasangan suami-istri Beng (40) dan Nana (40) berekreasi ke Monas menggunakan
transportasi umum bersama kedua anaknya yang berusia 13 tahun dan 5 tahun dari Cibinong,
Kabupaten Bogor, Jabar.
Sekali jalan untuk satu orang dari Cibinong ke Monas hanya
membutuhkan biaya Rp 8.500 untuk membayar ongkos naik kereta rel listrik (KRL) Cibinong-Juanda
Rp 5.000 dan Rp 3.500 untuk bus Transjakarta Juanda–Monas. Pergi-pulang, total
sekeluarga beranggotakan empat orang membutuhkan dana Rp 68.000. Tiket masuk
kawasan Monas tidak dipungut biaya. Namun, jika ingin lanjut masuk ke puncak
Monas, harga tiket untuk orang dewasa dipatok Rp 24.000, sedangkan untuk anak-anak
Rp 6.000. ”Daripada mudik ke Yogyakarta. Harga tiket bus ke Yogyakarta satu
kursi Rp 650.000 sekali jalan,” katanya. Tempat populer lain yang banyak
didatangi warga Jabodetabek pada hari kedua Lebaran 2025 adalah kawasan
Bundaran HI, terutama di area anjungan (skydeck).
Taufan (37) dan Desi (37), warga Cilegon, Banten, memilih
berfoto bersama kedua anak mereka di anjungan ini sebagai bagian dari rencana
perjalanan pertama selama berlibur dua hari semalam di Jakarta. ”Ketika
Lebaran, Jakarta sepi. Jadi, kami ingin menikmati fasilitas-fasilitas umum
Jakarta yang bagus ketika sepi seperti ini. Bagus, bisa lihat gedung-gedung
tinggi,” kata Taufan. Cukup dengan selembar uang seratus ribu, masyarakat dapat
berkeliling Jakarta. Kalau tak punya, coba saja pakai jurus andalan ”Pinjam
dulu seratus”. (Yoga)
Pilihan Editor
-
Kisruh Labuan Bajo Merusak Citra
04 Aug 2022 -
Masih Saja Marak, Satgas Tutup 100 Pinjol Ilegal
01 Aug 2022 -
ANCAMAN KRISIS : RI Pacu Diversifikasi Pangan
10 Aug 2022 -
HARGA PANGAN, Fenomena ”Lunchflation”
29 Jul 2022 -
Digitalisasi Keuangan Daerah
26 Jul 2022