;

Strategi Ampuh Hadapi Gelombang Tarif Balasan AS

Strategi Ampuh Hadapi Gelombang Tarif Balasan AS
Menghadapi potensi pemberlakuan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat, pemerintah Indonesia tengah menyusun strategi yang seimbang antara jalur tarif dan non-tarif. Dewan Ekonomi Nasional (DEN) merekomendasikan dua pendekatan: menurunkan tarif untuk beberapa produk impor AS, dan merelaksasi hambatan non-tarif seperti larangan terbatas. DEN bahkan menyebut kebijakan tarif AS di bawah Presiden Donald Trump bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,8 poin, asal diiringi peningkatan investasi dan diversifikasi mitra dagang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia akan mengutamakan jalur diplomasi, bukan pembalasan tarif. Pemerintah juga akan mengundang pelaku industri untuk memberi masukan, khususnya bagi sektor padat karya.

Namun, sejumlah ekonom memberikan catatan kritis. David Sumual dari BCA melihat peluang bagi ekspor energi Indonesia ke kawasan seperti Eropa dan Timur Tengah. Sebaliknya, Bhima Yudhistira dari Celios mengingatkan bahwa pelonggaran pembatasan produk AS bisa menjadi celah masuk produk dari China dan negara lain yang membanjiri pasar. Yusuf Rendy Manilet dari Core Indonesia menambahkan bahwa kebijakan ini bisa menurunkan daya saing industri dalam negeri dan mendistorsi pasar.

Dengan mempertimbangkan masukan dari para tokoh tersebut, strategi pemerintah harus berhati-hati agar respons terhadap tarif AS justru tidak menimbulkan dampak negatif di dalam negeri.