Tambang
( 83 )Mengungkit Daya Saing Tambang Indonesia
Di tengah mengilapnya pamor komoditas energi global pada saat ini, Indonesia masih berjibaku untuk mencapai target produksi ‘emas hitam’ nasional. Target produksi batu bara pada tahun ini sebesar 663 juta ton. Adapun, pasokan batu bara untuk kebutuhan domestic market obligation (DMO) dipatok 165,7 juta ton, atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 133 juta ton. Target tersebut digadang-gadang dapat tercapai oleh para pemangku kepentingan di sektor mineral dan batu bara (minerba). Harapan yang sedemikian besar ini menjadi lumrah setelah pada 2021, produksi batu bara tidak mencapai target.
Belum lama ini, lembaga riset Fitch Solutions kembali menyatakan bahwa sektor tambang di Indonesia kurang kompetitif dibandingkan dengan negara produsen tambang di Asia Pasifik. Salah satu penyebab rendahnya daya saing adalah ketidakpastian hukum.
AKSI ROYAL BUMN TAMBANG
Disokong kenaikan harga komoditas tambang, tiga emiten BUMN di sektor tersebut makin royal menebar dividen kepada para pemegang sahamnya. Kucuran dividen yang deras sekaligus mengonfirmasi posisi neraca keuangan yang solid dan prospek kinerja yang cerah pada 2022. Pada Selasa (24/5), tiga emiten anak usaha PT Inalum (Persero) kompak menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Salah satu agenda yang dibahas PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan PT Timah Tbk. (TINS) dalam RUPST ialah pembagian dividen dari laba tahun buku 2021. Hasilnya, PTBA memutuskan untuk membagikan seluruh laba bersih yang diperoleh sepanjang 2021 senilai Rp7,91 triliun menjadi dividen. Jumlah tersebut naik tajam dari dividen tahun buku 2020 sebesar Rp835,38 miliar dengan rasio 35% dari laba bersih Rp2,38 triliun. Arsal Ismail, Direktur Utama Bukit Asam, mengatakan pembagian dividen 100% dilakukan perseroan karena cash-flow yang dimiliki relatif cukup besar sampai akhir tahun lalu, yakni sekitar Rp13 triliun.
Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan mengatakan perseroan bakal fokus pada peningkatan volume produksi dan bijih timah berbiaya rendah dari penambangan offshore. Hal itu dilakukan agar profit margin yang optimal dapat dipertahankan. Total jenderal, dividen yang dikucurkan tiga BUMN tambang mencapai Rp9,29 triliun atau 83,93% dari total laba bersih tahun buku 2021. Sebesar 65% dari kucuran dividen emiten BUMN tambang itu bakal masuk ke kantong Inalum yang kemudian disetorkan ke dalam kas negara. Dalam APBN 2022, pemerintah membidik penerimaan dividen dari BUMN sekitar Rp35,6 triliun yang mayoritas bersumber dari bank pelat merah.
TAMBANG EMAS MANDAILING : SORIKMAS CARI DANA DI AUSTRALIA
Tidak kunjung beroperasi setelah 24 tahun memperoleh izin, PT Sorikmas Mining membuat kesabaran anggota DPR habis. Dalam rapat dengar pendapat, Senin (23/5), Komisi VII DPR mendesak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencabut izin kontrak karya (KK) PT Sorikmas yang dikantongi sejak 1998. Alasannya, perusahaan itu dianggap sudah menelantarkan KK seluas 201.600 hektar tanpa adanya kegiatan produksi. Selain itu, kawasan operasional PT. Sorikmas Mining berdekatan dengan pertambangan ilegal di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Akhirnya, kerusakan lingkungan tidak terhindarkan. “Komisi VII DPR mendesak Dirjen Minerba Kementerian ESDM untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara yang dilakukan oleh pemegang perizinan berusaha di seluruh wilayah Indonesia,” kata Wakil Ketua Komisi VII DPR Maman Abdurrahman. Bahkan, anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir menduga KK yang dipegang PT Sorikmas Mining hanya dijadikan portofolio untuk menaikkan harga saham di pasar modal. Seperti diketahui, 75% saham Sorikmas Mining dikuasai Sihayo Gold Limited melalui Aberfoyle Pungkut Investments Pte Ltd dan sisanya dimiliki PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).
Dalam laporan aktivitas kuartal I/2022 Sihayo Gold di ASX, perusahaan selama kuartal itu melanjutkan operasi proyek dan eksplorasi yang aman secara efektif mengelola risiko dan pembatasan terkait pandemi. Perseroan juga menyampaikan prioritasnya selama kuartal tersebut, yakni melanjutkan program eksplorasi di Hutabargot Julu dan memperbarui studi kelayakan untuk Starter Project Sihayo (FSU 2022). Dalam laporan itu pula, terungkap proyek Sihayo mencari dana di Australia. Perusahaan mengumumkan dimulainya program yang disebut Strategi Peninjauan pada 17 Februari 2022 yang bertujuan memperkenalkan mitra pendanaan untuk proyek Sihayo Starter.
Kinerja Emiten Tambang Berkilau
Sejumlah emiten yang tergabung dalam Indeks LQ45 telah melaporkan kinerja kuartal pertama 2022. Hasilnya, kinerja ciamik didominasi oleh emiten berbasis tambang. Terbaru, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melaporkan laba bersih senilai Rp 1,47 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2022. Realisasi ini melesat 132% dari laba bersih yang ditorehkan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 630,38 miliar. Kinerja moncer ANTM melengkapi kinerja positif deretan emiten tambang logam lainnya, sebut saja PT Timah Tbk (TINS), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). MDKA bahkan berhasil melepas jerat kerugian dengan membukukan laba bersih senilai US$ 69,65 juta sepanjang tiga bulan pertama 2022. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, emiten tambang emas dan tembaga ini membukukan kerugian bersih senilai US$ 4,98 juta.
Kredit 37,7 Miliar Dollar AS untuk Tambang
Sejumlah bank dan investor dunia mengucurkan kredit hingga 37,7 miliar dollar AS kepada 24 perusahaan pertambangan di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. Kegiatan perusahaan ekstraktif itu menimbulkan sejumlah permasalahan lingkungan maupun konflik sosial. Hal ini terungkap dalam temuan Forest and Finance, inisiatif koalisi organisasi riset dan kampanye, Rabu (20/4). (Yoga)
Emiten Tambang dan Bank Paling Cuan
Sekitar 23 emiten anggota indeks LQ45 telah melaporkan kinerja keuangan 2021. Mayoritas mengalami perbaikan kinerja, dengan emiten bank dan tambang memimpin pertumbuhan laba. Sementara emiten BUMN Karya seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan penurunan laba. Analis B-Trade Raditya Krisna Pradana menilai, perbaikan kinerja emiten perbankan besar selaras dengan pemulihan ekonomi. Dia memprediksi, kinerja emiten perbankan masih berpeluang naik, terdorong tren kenaikan suku bunga.
Bank Indonesia diperkirakan mengerek bunga tahun ini, mengekor bank sentral AS. "Apabila suku bunga acuan naik, maka suku bunga simpanan dan kredit akan berpotensi naik juga, sehingga ini menjadi katalis positif bagi perbankan,” terang Raditya, Minggu (20/3). Raditya juga menilai saham bank seperti BBTN dan BBNI masih menarik. Ia mematok target harga BBTN Rp 1.970 dan BBNI di Rp 8.700. Ia juga merekomendasikan ANTM dengan target Rp 2.800 dan ASII dengan target Rp 6.900. Sementara emiten rokok diperkirakan masih tertekan, terdampak kenaikan harga cukai dua tahun terakhir.
Pengembangan Usaha BUMN: Mind ID Incar Tambang Luar Negeri
Holding Industri Pertambangan atau MIND ID bakal meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi secara agresif pada 2022 serta mencari peluang untuk melakukan akuisisi tambang di luar negeri. CEO MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan bahwa peningkatan produksi tersebut akan ditempuh dengan aktif mengikuti tender atau lelang Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK).MIND ID juga turut membuka peluang akuisisi pada tambang potensial di luar negeri. “[Kami] akan menjajaki peluang akuisisi tambang di luar negeri. Juga melakukan kajian life of mineplan PT Freeport Indonesia setelah 2041,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (16/2). Lebih lanjut, holding akan menjajaki penyediaan sumber daya cadangan yang memadai untuk kebutuhan inisiatif strategis penghiliran.
Lebih  lanjut,  MIND  ID  akan  melakukan kerja sama penerapan teknologi  baru  untuk  ekosistem  smelter  aluminium.  Kerja  sama  ini  dilakukan  dengan  Emirates  Global  Aluminium  (EGA)  asal  Dubai.  Perusahaan  ini  disebut-sebut sebagai pemain aluminium terbesar  di  regional.  Kerja sama dengan EGA ditempuh MIND ID untuk memperbarui teknologi smelter sehingga mampu menambah  kapasitas  produksi  aluminium.
Rupiah Digoyang Sejenak Wajib Olah Hasil Tambang
Beleid pemerintah yang mewajibkan pengolahan hasil tambang mineral dan batubara (hilirisasi) bak pedang bermata dua. Jangka panjang, regulasi yang bertujuan meningkatkan nilai tambah hasil sumber daya alam itu bisa berefek positif bagi ekonomi Indonesia. Tapi jika tidak siap, beleid ini bisa menggoyahkan kekuatan rupiah di jangka pendek. Sebagai catatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai menggeber hilirisasi sejumlah hasil tambang mineral sejak tahun 2015. Bahan tambang yang wajib diolah di dalam negeri antara lain nikel, bauksit, tembaga, serta timah.
Namun, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy mengingatkan, beleid hilirisasi komoditas bisa menekan pasokan dollar AS devisa ekspor di dalam negeri. Maklum ekspor komoditas menjadi sumber utama pemasukan valas Indonesia. Alhasil, pasokan dollar di dalam negeri akan lebih bertumpu pada hasil penarikan utang luar negeri. Situasi ini bisa menggoyahkan rupiah di jangka pendek. Sebagai gambaran, sejak awal tahun ini hingga Selasa (1/2), rupiah melemah sekitar 0,67% terhadap dollar AS, dan turun 2,43% jika dihitung setahun terakhir. "Seberapa besar efek jangka pendeknya terhadap rupiah, tergantung pada perencanaan kebijakan hilirasi," kata Yusuf, kemarin.
Tambang Bawah Tanah, PTFI Siap Garap Kucing Liar
PT  Freeport  Indonesia  bersiap  untuk mengembangkan area tambang bawah tanah Kucing Liar  menyusul  kesuksesan  pengembangan blok tambang bawah  tanah  lainnya,  yakni  Grasberg Block Cave dan Deep Mill  Level  Zone  atau  DMLZ.Dalam paparan kinerja operasi  dan  keuangan  kuartal  III/2021  Freeport-McMoRan  Inc., pemegang 48,76% saham Freeport  Indonesia  (PTFI),  pengembangan  Kucing  Liar  diharapkan mampu menghasilkan produksi 6 miliar pon tembaga  dan  6  juta  ounce  emas  selama  umur  proyek.
Investasi  untuk  pengembangan  Kucing  Liar  diperkirakan mencapai US$400 juta per  tahun  selama  10  tahun  ke  depan.President  and  CFO  Freeport-McMoRan Kathleen Quirk menambahkan belanja modal untuk pengembangan Kucing Liar akan dimulai pada tahun depan.“Kami  pikir  sekarang  ini  adalah  waktu  yang  wajar  untuk  mulai  bertransisi  mengembangkan badan bijih lain di  sana,”  ujarnya.
Meski Diguncang Pandemi MIND ID Torehkan Laba Bersih Rp 4,7 Triliun
Di tengah kondisi pandemi covid-19 yang membuat banyak sektor industri bergejolak, sejumlah komoditas tambang justru mengalami kenaikan harga. Mengutip IDX Channel, harga batubara yang mengalami kenaikan 24,09%, timah naik 45,22%, nikel naik 5,86%, dan kenaikan harga tembaga 31,86%. Meskipun fluktuatif, kenaikan harga emas juga diperkirakan lanjut sepanjang 2021 dan bisa mencapai lebih dari Rp1 juta per gram atau mendekati US$ 2.000 per ons troi. Kenaikan beragam komoditas tambang ini turut mendongkrak kinerja sejumlah perusahaan pertambangan. 
Pada semester pertama 2021, holding BUMN Pertambangan, Mining Industry Indonesia (MIND ID) mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,7 triliun. Nilai ini meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun 2020, yang sempat mengalami rugi bersih Rp1,8 triliun. Net profit margin juga mengalami peningkatan menjadi 12% dibandingkan semester pertama 2020 pada minus 6%. MIND ID mencatat pendapatan sebesar Rp39,2 triliun atau meningkat 34% dibandingkan periode yang sama pada 2020, yang senilai Rp29,3 triliun. Di samping itu, nilai Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar Rp10,9 triliun. Angka ini meningkat 198% dibandingkan Juni 2020 sebesar Rp3,6 triliun.
Terkait dengan PNBP, Orias menargetkan kontribusi MIND ID akan meningkat pada periode 2021 ini. Pada 2019, PNBP MIND ID mencapai Rp6,5 triliun. Namun, sempat turun menjadi Rp5,80 triliun pada 2020 karena pengaruh dari pandemi covid-19 terhadap bisnis MIND ID dan juga dari transisi tambang bawah tanah di PTFI. Mengingat sejumlah strategi efisiensi, perluasan eksplorasi, digitalisasi pertambangan, dan fokus pada hilirisasi komoditas dari holding tambang telah diterapkan dan menghasilkan kenaikan laba yang signifikan, Orias optimis kontribusi MIND ID untuk negara bertumbuh pada 2021 ini.
(Oleh - HR1)
Pilihan Editor
- 
            
            Credit Suisse Tepis Krisis Perbankan17 Mar 2023
- 
            
            Tren Thrifting Matikan Industri TPT13 Mar 2023
- 
            
            Proyek MRT East-West Dikebut24 Jan 2023










 
                 
                 
                 
                